Foto bersama Pak Direktur
Jakarta, 18 Mei 2024 – Suasana di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Edukasi Jakarta hari itu begitu berbeda. Kunjungan Bapak Aswin Wihdiyanto, S.T., M.A., yang menjabat sebagai Pucuk Pimpinan di Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Kemdikbud Ristek RI, membawa semangat baru bagi para tutor dan peserta didik. Didampingi oleh Pak Adi dari tim teknis, Bapak Temi dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, serta Pak Rafik, Penilik PMPK dari Kota Jakarta Selatan 1, kehadiran beliau-beliau disambut hangat dan penuh antusiasme.
Monitoring Pelaksanaan Uji Kesetaraan
Kunjungan ini merupakan bagian dari monitoring pelaksanaan uji kesetaraan paket C di PKBM Berdaya Indonesia, Kec. Kebayoran Lama dan dilanjutkan ke PKBM Edukasi Jakarta. Sebelum berdialog, Bapak Aswin melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi ini, melibatkan berbagai pihak untuk mendapatkan data yang komprehensif. Kepala PKBM, para pengawas, tutor, proktor, teknisi, serta peserta didik diwawancarai untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dan pelaksanaan uji kesetaraan berjalan, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan akhir.
Kementerian Pendidikan ingin mendapatkan gambaran lengkap tentang efektivitas proses pelaksanaan uji kesetaraan dan lainnya. Pertanyaan yang diajukan kepada kepala PKBM berbeda dengan yang diajukan kepada pengawas, proktor, teknisi, dan peserta didik. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap aspek dan perspektif diperhatikan dalam evaluasi ini.
Dialog Hangat dan Apresiasi
Dalam perbincangan setelah monitoring, para guru dan kepala PKBM Edukasi Jakarta menyampaikan berbagai pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi. Bapak Aswin terlihat sangat tertarik mendengarkan cerita mereka, menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap dedikasi para pendidik di PKBM Edukasi Jakarta. "Beliau benar-benar menghargai setiap lawan bicaranya," ungkap Dr. Mulihadi, salah satu tutor di Edukasi. Sikap beliau yang penuh empati dan perhatian sangat mencerminkan pemimpin yang baik dalam komunitas pendidikan.
Isu Penting Pendidikan Masyarakat
Salah satu topik serius yang dibahas adalah kebutuhan akan "rumah besar" bagi pendidikan masyarakat. Para kepala PKBM dari seluruh Indonesia banyak yang merasa kehilangan sejak Direktorat Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) bergabung dengan sekolah formal. Mereka merasakan pelayanan yang kurang maksimal, baik di pusat maupun di daerah. Bapak Aswin menanggapi isu ini dengan tegas, "Tidak ada hak-hak yang dikurangi dalam pendidikan masyarakat meskipun ada penggabungan dengan bidang lain," ujarnya. Beliau menekankan bahwa prioritas utama adalah memastikan tidak ada pihak yang merasa haknya diabaikan.
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dialog berlanjut dengan diskusi mengenai pendidikan anak berkebutuhan khusus. Ketua PKBM Edukasi Jakarta, Pak Kurtubi, mengutarakan kekhawatirannya tentang bagaimana satuan pendidikan diharapkan tidak menolak anak-anak dengan kebutuhan khusus. "Mengapa kami tidak boleh menolak mereka, sementara kami memiliki keterbatasan dalam mendidik mereka?" tanyanya.
Sebagai PLT Direktur PMPK Kemdikbudristek RI yang berasal dari latar belakang pendidikan khusus, Bapak Aswin menjelaskan pentingnya inklusivitas. "Anak-anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan yang setara. Ini bukan hanya tentang memberikan pendidikan khusus di SLB, tetapi juga memungkinkan mereka untuk belajar di sekolah umum," jelasnya. Hal ini, menurut beliau, bertujuan menciptakan budaya baru di masyarakat, di mana perbedaan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, dan sekolah menjadi miniatur masyarakat yang lebih inklusif.
Tantangan dan Solusi
Namun, kekhawatiran tentang potensi bullying di sekolah inklusif juga muncul dalam diskusi. Bapak Aswin mengakui bahwa ini bisa terjadi, namun menekankan perlunya antisipasi dan kesadaran dari seluruh komunitas sekolah. "Penting bagi guru dan panitia sekolah untuk proaktif dalam mencegah dan menangani bullying," katanya.
Tantangan lainnya adalah bagaimana guru menilai kemampuan siswa yang sangat beragam. Bapak Aswin memberikan pandangan bahwa penilaian harus berdasarkan usaha dan kemajuan individu. "Jika seorang anak berkebutuhan khusus mampu mencapai sesuatu yang bagi mereka sangat sulit, maka usaha tersebut harus dihargai setara dengan prestasi anak lainnya," jelas beliau. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian bukan hanya soal hasil akhir, tetapi juga proses dan perjuangan yang dialami setiap siswa.
Momen Berharga
Kunjungan Bapak Aswin Widiyanto ke PKBM Edukasi Jakarta menjadi momen berharga bagi para pendidik dan peserta didik. Dialog yang terjadi membuka wawasan baru tentang pentingnya inklusivitas dan penghargaan terhadap usaha individu dalam pendidikan. Dengan komitmen bersama, diharapkan pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus di Indonesia akan terus berkembang dan memberikan kesempatan yang setara bagi semua anak bangsa. ( Admin )
Dokumentasi foto dialog pak Direotur dengan tutor, pengawas, kepala PKBM dan Peserta Didik
0 Komentar
Monggo silakan berkomentar